Menyikapi Al-Ghozwul Fikri
بسم الله الرحمن الرحيم
(Transkrip Ceramah Kajian MIA 09072020)
Oleh: Ust. Dr. H. Achmad Rofi’i, Lc., M.M.Pd.
AL-GHOZWU AL-FIKRI :
Kedua kata ini berasal dari Bahasa Arab yaitu dari kata “Ghozwatun” (غزوة) yang bermakna: “Perang”; dalam istilah lain, dikenal juga dengan: “Ma’rokah” (معركة), juga dengan “Harbun” حرب)) atau “Qitaalun” قتال) ) Sedang AL-FIKRI : yang bermakna : “Pemikiran“; maka dari kata ini, terlahirlah istilah : Faakir” (فاكر) (Pemikir); dan “Fakkarun” (فكار ) (Ahli dalam berpikir)” .Secara ringkas,Al-Ghozwu Al-Fikri diartikan sebagai: “Perang Pemikiran” atau dengan kata lain: “Upaya yang dilakukan oleh pihak Penyerang kepada Obyek yang diperangi, melalui cara Tanpa Militer; baik dengan menggunakan Media atau sejenisnya untuk memperoleh apa yang ditargetkan dari Objek yang diperangi, baik berupaSumber Daya Alam/Finansial,ataukah Ideologi, ataukah Nyawa ataukah Harga Diri ataukah Peluang.”
Sebagai catatan:
Karena Al-Fikri adalah Pemikiran, maka apa yang dihasilkannya dapat juga berupa: Ide, Konsep atau Filsafat; yang merupakan produk Akal Manusia. Dengan demikian, jelaslah sangat berbeda dengan Al-Islam yang berasal dari Wahyu. Al-Islam itu sendiri identik dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Betapapun, Al-Islam adalah tetap memuliakan Akal, akan tetapi penentu dan pemutus perkaranya adalah tetap Wahyu. Oleh karenanya, Akal yang Sejalan dengan Wahyu akan diterima, sedangkan Akal yang bertentangan dengan Wahyu akan ditolak oleh Al-Islam.
Tujuan / Target “Al-Ghozwul Fikri” terhadap Pihak Yang Diserang antara lain adalah:
– Merebut Sumber Daya Alamnya
– Meruntuhkan Finansialnya
– Merontokkan Ideologinya
– Menghabisi Nyawanya
– Meruntuhkan Harga Dirinya
– Memusnahkan Peluang /Masa Depan Ummat/bangsanya
Pihak yang terlibat dalam “Al-Ghozwul Fikri” adalah:
a) Pihak Penyerang (Pihak yang melancarkan Al-Ghozwul Fikri) = disebut “Ghozi” (غازي)
b) Pihak yang Diserang (Pihak yang menjadi Target Al-Ghozwul Fikri) = disebut ‘”Aduwwun” (عدو)
c) Media / Alat yang digunakan (bisa dalam bentuk: media massa Islamophobia, game / alat-alat lahwun/melalaikan, budaya bermuatan syirik/kufur, politik yang bertentangan dengan Islam, ekonomi ribawi, gaya hidup/ lifestyle yang tidak sesuai Islam, dsb) = disebut “Silaahun” (سلاح)
Adapun prinsip dasar dari “Ghozwah” adalah: Musuh menyerang / menyerbu suatu kawasan yang diperanginya hingga target yang diinginkannya tercapai.
Betapapun akarnya telah diberitakan oleh Al-Qur’an, namun istilah “Al-Ghozwul Fikri” ini baru diperkenalkan sesudah/ pasca Perang Salib, dimana musuh Islam mengalami kekalahan di dalamnya, sehingga mereka kemudian berusaha melancarkan Strategi untuk menghancurkan Islam tanpa menggunakan Militer, tetapi dengan cara menjauhkan kaum Muslimin dari Agamanya (Peperangan Non-Fisik).
Belajar dari kekalahan mereka (orang-orang Kafir) dalam Perang Salib, didapati kenyataan bahwa ternyata kaum Muslimin / Mukminin adalah orang-orang yang tidak takut mati ketika ber-jihad fii sabiilillah; karena tujuan ber-jihad adalah bahkan Mati Syahid untuk mendapatkan keutamaan disisi Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa.
Sebaliknya, yang dikejar mereka (orang-orang Kafir) adalah tidak ingin mati / takut mati, karena memang tujuannya adalah dunia yang diistilahkan dengan 3G (GOLD/ Emas, merebut Sumber Daya Alam — GLORY/Kemenangan, Menguasai Negeri –— GOSPEL/ Penyebaran Agama mereka di negeri-negeri yang dikuasai).
Menyadari hal ini, maka orang Kafir merencanakan Strategi Perang Non-Militer yang disebut: Al-Ghozwul Fikri. Mereka berupaya keras untuk menjauhkan kaum Muslimin dari Al-Islam. Karena bila kaum Muslimin jauh dari Agamanya, maka akan mudah dikuasai musuh. Mereka berupaya menjadikan kaum Muslimin murtad dari Al-Islam. Karena bila kaum Muslimin murtad dan atau meninggalkan ajaran agamanya yang diperintahkan oleh Allooh dan Rosuul-Nya serta dicontohkan oleh generasi awal Ummat Islam (para Shohabat Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam), maka dengan sendirinya akan mudah diajak bekerjasama oleh orang Kafir untuk memusuhi Islam itu sendiri dari dalam (dengan kata lain menjadi munafiqin yang menusuk Islam dari arah dalam/pihak internal. Atau dengan kata lain adalah menjadi musuh dalam selimut bagi Islam & kaum Muslimin).
Berikut ini adalah diantara beberapa perkataan kaum Misionaris/ Orientalis yang menjelaskan misi Al-Ghozwul Fikri, yakni antara lain:
Perkataan Marma Duyuk Baktul:
“Sesungguhnya umat Islam sangat memungkinkan untuk menyebarkan peradaban mereka di dunia sekarang dengan secepat yang mereka telah sebarkan dahulu, asalkan mereka kembali kepada akhlak atau moral yang dahulu mereka perankan di masa awal, yaitu akhlak yang ada pada generasi Islam pertama“
Perkataan Penguasa Perancis disaat peringatan 100 tahun penguasaan mereka atas Aljazair (Aljazair semula dihuni kaum Muslimin) adalah:
“Sesungguhnya kita (orang Perancis) tidak akan menang melawan Aljazair, selama mereka (Muslim) mempunyai Al-Qur’an dan menguasai Bahasa Arab. Oleh karena itu, kita harus melenyapkan Al-Qur’an dan Bahasa Arab dari mulut-mulut mereka (kaum muslimin).“
Perkataan misionaris Samuel Marinus Zweimer:
“Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka dari agamanya (Al-Qur’an dan As-Sunnah). sehingga mereka menjadi orang- orang yang putus hubungan dengan Tuhannya dan sesamanya (saling bermusuhan), menjadi terpecah-belah dan jauh dari persatuan. Dengan demikian kalian telah menyiapkan generasi-generasi baru yang akan memenangkan kalian dan menindas kaum mereka sendiri sesuai dengan tujuan kalian.”
KESIMPULAN:
Tujuan akhir Al-Ghozwul Fikri adalah Murtad-nya kaum Muslimin.
Berikut ini adalah berbagai dalil ayat Al-Qur’an yang merupakan peringatan Allooh bagi kaum Muslimin:
a) QS. Al-Baqoroh/2: 190:
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
وَقَا تِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَا تِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ
“Dan perangilah di jalan Allooh orang-orang yang memerangi kamu, tetapi jangan melampaui batas. Sungguh, Allooh tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.“
(QS. Al-Baqoroh/2: 190)
Ayat ini adalah menjelaskan bahwa: Kaum Muslimin hanyalah berperang, apabila kaum Muslimin diperangi terlebih dahulu!!!
Jadi ada sebab musababnya mengapa kaum Muslimin memutuskan berperang, yaitu apabila kaum muslimin diperangi terlebih dahulu oleh orang-orang Kafir.
b) QS. At-Taubah/9: 36:
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ مِنْهَاۤ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ ۗ وَقَا تِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآ فَّةً كَمَا يُقَا تِلُوْنَكُمْ كَآ فَّةً ۗ وَا عْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allooh ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allooh pada waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, diantaranya ada empat bulan harom. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu mendzolimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum Musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allooh beserta orang-orang yang taqwa.” (QS. At-Taubah/9: 36)
Ayat ini adalah juga sama, merupakan penjelasan yang sangat eksplisit dari Allooh bagi Muslimin, bahwa Muslim itu berperang apabila diperangi terlebih dahulu. Kaum Muslimin juga harus siap berperang, apabila diri mereka diperangi oleh Musyrikin.
Siapakah yang termasuk Musyrikin? Antara lain: Orang-orang Atheis (tidak percaya adanya Allooh, Tuhan Yang Maha Esa), kaum Anti Agama, para penyembah berhala, para penganut “isme-isme” buatan manusia (materialisme, kapitalisme, komunisme, marxisme, leninisme dan lain sebagainya)
c) QS. Al-Baqoroh/2: 217:
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا …} [البقرة: 217
“…Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup….” (QS. Al-Baqoroh/2: 217)
Dalam ayat ini Allooh menjelaskan dengan menggunakan kata “senantiasa” (وَلَا يَزَالُونَ) berarti kaum muslimin “sedang” dan “akan terus-menerus” diperangi sampai kaum muslimin Murtad.
Oleh karena itu hendaknya kaum Muslimin segera sadar, bangun dari “tidur panjangnya”, tidak terlena oleh kehidupan dunianya.
Karena Allooh telah menurunkan ayat diatas itu adalah sebagai peringatan untuk dicamkan, bahwa Muslim itu seharusnya menyadari bahwa dirinya sedang diperangi, sehingga dalam sikap kehidupannya bukan lah untuk bersantai-santai sembari tidak menyadari bahwa dirinya adalah menjadi Target dari musuh-musuh Islam.
d) QS. Al-Baqoroh /2: 109:
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
[ وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا… [البقرة: 109
“Banyak diantara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi Kafir kembali...” (QS. Al-Baqoroh/2: 109)
Ayat diatas adalah sangat jelas merupakan peringatan Allooh bahwa yang memusuhi kaum Muslimin dan menginginkan kaum Muslimin murtad adalah kebanyakan Ahlul Kitab. Siapakah yang dimaksud dengan Ahlul Kitab? Yaitu: Yahudi dan Nashroni.
e) QS. Al-Baqoroh/2: 120:
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
}وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَى وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ } [البقرة: 120
“Dan orang-orang Yahudi dan Nashroni tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allooh itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allooh.” (QS. Al-Baqoroh/2: 120)
“Lan” (لَنْ) adalah kata “Tidak untuk selama-lamanya“. Jadi jangan pernah berharap bahwa orang kafir itu akan ridho terhadap Muslimin, karena kata “Lan” dalam ayat diatas adalah penegasan dari Allooh bahwa orang Kafir tidak akan pernah ridho selama-lamanya terhadap kaum Muslimin, sampai kaum Muslimin mau mengikuti agama mereka (dalam artian: Murtad), barulah mereka ridho. Ini jelas adalah peringatan keras dari Allooh. Apakah kaum Muslimin sudah menyadari akan peringatan Allooh dalam ayat ini ataukah belum?
f) QS. An-Nisa’/4:102:
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
وَدَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ تَغْفُلُوْنَ عَنْ اَسْلِحَتِكُمْ وَاَ مْتِعَتِكُمْ فَيَمِيْلُوْنَ عَلَيْكُمْ مَّيْلَةً وَّا حِدَةً …} [النساء: 102
“…Orang-orang Kafir ingin agar kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu sekaligus…” (QS. An-Nisa’/4: 102)
g) QS. Al-Ma’idah/5: 82:
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
لتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا …} [المائدة: 82
“Pasti akan kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang Yahudi dan orang-orang Musyrikin…” (QS. Al-Ma’idah/5: 82)
Ayat ini adalah merupakan penjelasan dari Allooh tentang “Kualitas Permusuhan”. Siapakah musuh paling sengit terhadap Muslim? Maka Allooh telah menjelaskan dalam ayat diatas bahwa yang paling keras memusuhi Islam adalah Yahudi, dan disusul kemudian oleh orang-orang Musyrik.
Sungguh melalui pemberitaan di media massa zaman sekarang pun, kita dapat melihat berbagai penindasan terhadap kaum Muslimin di berbagai belahan dunia, dan sangat jelas lah tentang siapakah yang paling keras memusuhi Al-Islam, maka mereka adalah Yahudi (seperti contohnya penindasan kaum Yahudi Zionis terhadap Muslim Palestina); lalu juga Musyrikin (seperti contohnya penindasan negara komunis Rusia terhadap Muslim di Bumi Syam atau negara Komunis Cina terhadap Muslim Uighur saat ini), dan masih banyak lagi contohnya yang merupakan bukti nyata kebenaran firman Allooh dalam ayat ini.
Dengan demikian, ayat ini adalah merupakan penjelasan Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa tentang Ranking / Kualitas Tingkat Permusuhan.
h) QS. Al-Furqon/25: 31:
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ وَكَفَى بِرَبِّكَ هَادِيًا وَنَصِيرًا ] { الفرقان: 31
“Begitulah, bagi setiap Nabi, telah Kami adakan musuh dari orang-orang yang berdosa. Tetapi cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (QS. Al-Furqon/25: 31)
Melalui ayat ini, Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa menjelaskan, bahwa: Setiap Nabi pasti mempunyai Musuh.
Dengan demikian, apabila kita mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad shollalloohu ‘alaihi wasallam, namun kita tidak menginginkan ada orang-orang yang memusuhi diri kita akibat upaya kita menjadi pengikut Nabi tersebut, maka sadarilah bahwa itu adalah sesuatu perkara yang mustahil!
Sebagaimana para Nabi, yang pasti Allooh adakan musuh bagi mereka (para Nabi itu); maka pastilah pula ummatnya pun akan memiliki musuh. Oleh karena itu, hendaknya kita membangkitkan kesadaran dalam diri kita atas hal ini. Tidak terlena dalam kehidupan dunia, sehingga tidak menyadari bahwa kaum muslimin akan dimusuhi sebagaimana jalannya para Nabi, dan hal ini memang sudah merupakan sunnatullooh untuk menguji keimanan setiap Muslim.
Janganlah beragama dan mengaku sebagai pengikut setia Nabi, sembari enggan menghadapi resiko permusuhan akibat mengikuti jalannya para Nabi tersebut, dan janganlah beragama dengan mengharapkan serba amannya belaka, seakan-akan ayat ini tidak berlaku bagi diri kita kaum Muslimin.
i) QS. Al-Aa’am/6: 112:
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman:
}وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ } [الأنعام: 112
“Dan demikianlah untuk setiap Nabi Kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya, maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang mereka ada-adakan.” (QS. Al-An’am/6: 112)
Ayat ini secara jelas merupakan peringatan dari Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa, bahwa yang memusuhi Nabi adalah Syaithon, baik berwujud Jin maupun Syaithon berwujud Manusia.
Jadi apabila ada orang yang sangatlah sengit memusuhi agama Allooh ini, maka ketahuilah bahwa itu adalah Syaithon, hanya saja ia berwujud manusia. Tetapi aslinya adalah Syaithon, sebagaimana yang Allooh telah jelaskan dalam ayat diatas.
Syaithon berwujud manusia ini selalu saja meniupkan perkataan yang indah-indah, akan tetapi perkataan itu adalah tipuan untuk memalingkan manusia dari agama Allooh.
Kesadaran terhadap adanya Al-Ghozwul Fikri seharusnya sudah sejak dahulu kala, sejak diutusnya para Nabi dan para Rosuul oleh Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa. Oleh karena, orang-orang tak beriman itu memerangi Islam dan kaum Muslimin dengan Visi 2M:
1) M1 = MATI: yakni agar kaum Muslimin mati dan Islam menjadi musnah
2) M2 = MURTAD: yakni agar kaum Muslimin murtad dari Islam
Sedangkan, Perang itu sendiri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara:
– Perang memakai kekuatan militer/ senjata
– Perang Konsep / Narasi / Pemikiran
– Perang Ekonomi
– Perang Media Massa, dan lain sebagainya
1. PERINGATAN ALLOOH
Jika kita perhatikan firman Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa dalam QS. At-Taubah/9: 32 sebagai berikut:
يُرِيدُونَ أَن يُطْفِـُٔوا۟ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفْوَٰهِهِمْ وَيَأْبَى ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْكَٰفِرُونَ
(Yurīdụna ay yuṭhfi`ụ nụurollāhi bi`afwāhihim wa ya`balloohu illā ay yutimma nụurohụu walau karihal-kāfirụn)
“Mereka berkehendak memadamkan Cahaya (agama) Allooh dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allooh tidak menghendaki selain menyempurnakan Cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.”
Maka kata “Yurīdụna” (يُرِيدُون) adalah Fi’il Mudhore, artinya: Keinginan/ Kehendak mereka ini berlangsung terus-menerus, tidak ada putus-putusnya.
Firman Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa diatas adalah kalimat lengkap yang sangatlah jelas, dimana ada:
- Subyek: “Mereka (Orang-Orang Kafir)” sebagai “Pelaku (Subyek)”
- Predikat / Pekerjaan: ay-yuṭhfi`ụ (أَن يُطْفِـُٔوا) “Berkehendak Memadamkan” adalah “Predikat / Pekerjaan” mereka orang-orang Kafir tersebut.
- Obyek/Target yang dituju: nụrollāhi (نُورَ ٱللَّهِ) “Cahaya (Agama) Allooh” adalah “Obyek / Target yang Dituju” dari pekerjaan mereka orang-orang Kafir tersebut.
- Media / Alat yang digunakan : bi`afwāhihim (بِأَفْوَٰهِهِمْ) memakai “Mulut (Ucapan-ucapan)”.
Dan Media “Mulut (Ucapan-ucapan)” ini ada banyak macam ragamnya, bisa melalui : Tulisan (“Tulisan” itu pada hakekatnya adalah Lambang dari apa yang diyakini oleh hati seseorang, dan Lambang dari apa yang dipikirkan serta diucapkan seseorang), Hoax, Undang-Undang yang tidak sesuai Syari’at Allooh, Peraturan-Peraturan yang bertentangan dengan Syari’at Allooh, Perkataan dusta, Fitnah, Nyanyian / Syair yang menjelekkan Islam, dan lain sebagainya.
Namun, berikutnya Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa menjelaskan apa yang menjadi Kehendak / Ketetapan Allooh, yaitu: wa ya`balloohu illā ay yutimma nụurohuụ (وَيَأْبَى ٱللَّهُ إِلَّآ أَن يُتِمَّ نُورَهُۥ) yaitu: Allooh justru akan menyempurnakan Cahaya-Nya.
Dengan demikian, meskipun orang-orang kafir melakukan berbagai upaya untuk memadamkan Cahaya (Agama) Allooh, namun Allooh sebaliknya justru akan semakin menyempurnakan Cahaya (Agama)-Nya. Semakin kuat orang-orang kafir memfitnah Agama Allooh, akan semakin terbongkar kejahatan mereka dan pada akhirnya Allooh tetap akan memenangkan Islam. Ini Janji Allooh. Hal ini lah yang harus secara kokoh oleh kaum Muslimin diyakini betul, agar tidak mudah putus asa menghadapi makar orang-orang tak beriman.
Perhatikan pula QS. Ash-Shoff/61: 8 berikut ini:
يُرِيدُونَ لِيُطْفِـُٔوا۟ نُورَ ٱللَّهِ بِأَفْوَٰهِهِمْ وَٱللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِۦ وَلَوْ كَرِهَ ٱلْكَٰفِرُونَ
(Yurīdụna liyuṭhfi`ụ nụrollāhi bi`afwāhihim, walloohu mutimmu nụurihī walau karihal-kāfirụn)
“Mereka ingin memadamkan Cahaya Allooh dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allooh (justru) menyempurnakan Cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.”
2. BUSYRO (KABAR GEMBIRA)
Kemudian dalam ayat-ayat berikut ini, Allooh memberikan Busyro (Kabar Gembira) bagi kaum muslimin, yakni:
1) QS. Ghofir (Al-Mu’min)/40: 51
إِنَّا لَنَنصُرُ رُسُلَنَا وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ ٱلْأَشْهَٰدُ
(Innā lananṣhuru rusulanā wallażīna āmanụ fil-ḥayātid-dun-yā wa yauma yaqụmul-asy-hād)
“Sesungguhnya Kami menolong rasuul-rasuul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (di hari kiamat).”
2) QS. Mujadilah/58: 21
كَتَبَ ٱللَّهُ لَأَغْلِبَنَّ أَنَا۠ وَرُسُلِىٓ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِىٌّ عَزِيزٌ
(Kataballoohu la`aghlibanna ana wa rusulī, innallooha qowiyyun ‘azīz)
“Allooh telah menetapkan: “Aku dan Rosuul-Rosuul-Ku pasti menang”. Sesungguhnya Allooh Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
3) QS.Al-Hajj/22 : 40
ٱلَّذِينَ أُخْرِجُوا۟ مِن دِيَٰرِهِم بِغَيْرِ حَقٍّ إِلَّآ أَن يَقُولُوا۟ رَبُّنَا ٱللَّهُ ۗ وَلَوْلَا دَفْعُ ٱللَّهِ ٱلنَّاسَ بَعْضَهُم بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَٰمِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَٰتٌ وَمَسَٰجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا ٱسْمُ ٱللَّهِ كَثِيرًا ۗ وَلَيَنصُرَنَّ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَقَوِىٌّ عَزِيزٌ
(Allażīna ukhrijuụ ming diyārihim bighoiri ḥaqqin illā ay yaqụulụu rabbunallooh, walau lā daf’ulloohin-nāsa ba’ḍhohum biba’ḍhil lahuddimat ṣhowāmi’u wa biya’uw wa ṣholaawātuw wa masājidu yużkaru fīhasmulloohi kaṡīrā, wa layangṣhuronnalloohu may yangṣhuruh, innallooha laqowiyyun ‘azīz)
“(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allooh”. Dan sekiranya Allooh tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allooh. Sesungguhnya Allooh pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allooh benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”
Oleh karena itu, tak sedikit orang-orang shoolih yang yakin betul akan janji Allooh ini, mereka memiliki sikap yang sangat pemberani; bahkan diantara slogan mereka yang sangat menggentarkan musuh-musuh Islam, antara lain: “Isy-Kariman Au Mut-syahidan (Hiduplah Mulia atau Mati Syahid)”
Mengapa mereka memiliki keyakinan kuat ini?
Karena bagi orang beriman, dunia bukan lah tujuannya, kemenangan disisi Allooh lah tujuannya. Walau sekalipun tampak kalah ketika berperang melawan orang-orang Kafir di dunia, namun selama mereka benar di jalan Allooh maka dalam pandangan Allooh, mereka tetap menang. Ini keyakinan Mukmin.
Jadi bukan menang atau kalah dari sisi duniawi yang menjadi ukurannya, akan tetapi benar / salah disisi Allooh lah yang menjadi ukurannya. Inilah keyakinan Mukmin.
3. SYARAT KEMENANGAN
Namun, perlu kaum Muslimin ketahui bahwa janji Allooh itu ada syaratnya.
Apakah syaratnya? Mari kita simak sabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم sebagai berikut:
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى قَائِمَةً بِأَمْرِ اللَّهِ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ أَوْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِىَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ عَلَى النَّاسِ
“Senantiasa ada segolongan dari ummatku yang tegak diatas kebenaran, tidak akan membahayakan mereka siapapun yang menghina dan menyelisihi mereka sehingga datang hari Kiamat sedang mereka tetap berada dalam kemenangan terhadap manusia.”
(Hadits Shohiih Riwayat Imam Muslim no: 5064, dari Mu’awiyyah رضي الله عنه)
Jadi, kaum Muslimin akan menang walaupun diperangi oleh orang-orang Kafir dari berbagai penjuru, apabila kaum Muslimin memenuhi syarat yang Allooh tetapkan, yakni: berada diatas Kebenaran.
4. TARGET AL-GHOZWUL FIKRI
Orang-orang Kafir itu berupaya memadamkan Cahaya Allooh, kalau tidak dengan Cara Keras yakni membunuh kaum Muslimin (sebagaimana kita saksikan pada hari-hari ini di berbagai belahan dunia, seperti di Palestina, di Suriah, di Rohingya, di Uighur, di Yaman dlsb); atau dilakukan dengan Cara Halus yakni minimal menjadikan kaum Muslimin murtad dari Al-Islam (dengan menjajakan isme-isme yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti: paham Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme, dan lain sebagainya).
Perhatikanlah firman Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa dalam QS. An-Nisaa’/4: 89 berikut ini:
وَدُّوا۟ لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا۟ فَتَكُونُونَ سَوَآءً ۖ فَلَا تَتَّخِذُوا۟ مِنْهُمْ أَوْلِيَآءَ حَتَّىٰ يُهَاجِرُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَخُذُوهُمْ وَٱقْتُلُوهُمْ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ ۖ وَلَا تَتَّخِذُوا۟ مِنْهُمْ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
(Waddụ lau takfurụna kamā kafarụ fa takụnụna sawā`an fa lā tattakhiżụ min-hum auliyā`a ḥattā yuhājirụ fī sabīlillāh, fa in tawallau fa khużụhum waqtulụhum ḥaiṡu wajattumụhum wa lā tattakhiżụ min-hum waliyyaw wa lā naṣīrā)
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan diantara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allooh. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong.”
Dengan demikian, cara lain untuk memusnahkan Cahaya (agama) Allooh, adalah dengan menjadikan kaum Muslimin murtad dari Al-Islam. Contoh diantara berbagai upaya mereka tersebut adalah: Melemahkan kekuatan kaum Muslimin, dengan memasukkan berbagai ajaran / paham menyesatkan yang kufur seperti: Sekulerisme, Pluralisme, Liberalisme; sehingga kaum Muslimin teralihkan dari ajaran Islam yang Lurus.
Karena didalam sistem Pemerintahan Islam sebagaimana yang dicontohkan para Kholiifah generasi Awal Pendahulu Ummat yakni: Abu Bakar Ash-Shiddiq, ‘Umar bin Khoththoob, ‘Utsman bin ‘Affan, dan Ali bin Abi Thoolib rodhiyalloohu ‘anhum, maka peran ‘Ulama dan ‘Umaro adalah satu kesatuan. Yang menjadi ‘Umaro adalah juga ‘Ulama, dalam arti bahwa Orang paling shoolih lah yang diberi kekuasaan, memiliki hak dan kewajiban untuk menegakkan Hukum Allooh, berkuasa menghukum orang-orang yang berma’shiyat / para kriminal dan para penjahat, serta berkuasa untuk menjaga Syari’at Allooh. Ketika kekuasaan berada di tangan orang shoolih yang menjadikan kekuasaan tersebut hanya sebagai amanah dari Allooh, maka berbagai kemunkaran pun dapat diberantas, dan bumi pun akan menjadi aman dan tentram dibawah kekuasaan yang demikian itu.
Orang-orang Kafir (tidak beriman kepada Allooh) tidak menyukai hal itu; karena sistem Pemerintahan Islam diatas ajaran Nabi shollalloohu ‘alaihi wasallam tersebut menghalangi orang-orang jahat untuk berkuasa; maka disebarkanlah paham Kufur Sekulerisme dimana paham ini mengajarkan untuk memisahkan agama dari Negara. Maka mulailah peran ‘Ulama dipisahkan dari ‘Umaro. ‘Ulama dibatasi untuk berbicara, apalagi membahas urusan perpolitikan. Kekuasaan tersebut seolah hanya wewenang ‘Umaro. Sementara ‘Umaro-nya belum tentu shoolih / belum tentu berpihak kepada kaum Muslimin dan belum tentu peduli untuk memihak pada Hukum Allooh.
5. SEBAB-SEBAB AL-GHOZWUL FIKRI
Mengapa orang-orang Kafir sedemikian gigih dan gencar memerangi kaum Muslimin, setidaknya ada 2 faktor penyebabnya: (1) Faktor External (dari luar diri kaum Muslimin); dan (2) Faktor Internal (dari dalm diri kaum Muslimin itu sendiri).
(1) Faktor External: Faktor yang berasal dari luar diri kaum Muslimin, faktor ini ada pada diri orang-orang Kafir; maka perhatikanlah berbagai firman Allooh berikut ini:
(1-A) AKIBAT RASA DENGKI
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman dalam QS. Al-Baqoroh/2: 109:
وَدَّ كَثِيرٌ مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّنۢ بَعْدِ إِيمَٰنِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ ٱلْحَقُّ ۖ فَٱعْفُوا۟ وَٱصْفَحُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ بِأَمْرِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
(Wadda kaṡīrum min ahlil-kitābi lau yaruddụnakum mim ba’di īmānikum kuffārā, ḥasadam min ‘indi anfusihim mim ba’di mā tabayyana lahumul-ḥaqq, fa’fụ waṣfaḥụ ḥattā ya`tiyallāhu bi`amrih, innallāha ‘alā kulli syai`ing qadīr)
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allooh mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allooh Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(1-B) AKIBAT MENGADA-ADA KEBOHONGAN TERHADAP ALLOOH
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman dalam QS. An-Nahl/16: 116:
وَلَا تَقُولُوا۟ لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمُ ٱلْكَذِبَ هَٰذَا حَلَٰلٌ وَهَٰذَا حَرَامٌ لِّتَفْتَرُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ ۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى ٱللَّهِ ٱلْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
(Wa lā taqụlụ limā taṣifu alsinatukumul-każiba hāżā ḥalāluw wa hāżā ḥarāmul litaftarụ ‘alallāhil-każib, innallażīna yaftarụna ‘alallāhil-każiba lā yufliḥụn)
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta “ini halal dan ini harom”, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allooh. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allooh tiadalah beruntung.”
Di zaman kita sekarang pun, betapa sering orang-orang Kafir mengada-adakan Kebohongan (Iftiroo’) dengan mengatakan bahwa “Islam itu Radikal”, “Islam itu Kejam”, “Islam itu Teroris”, dan lain sebagainya; yang tujuan perkataan mereka itu sesungguhnya adalah untuk memberi stigma buruk terhadap Islam dan kaum Muslimin, agar menjauhkan orang-orang dari memeluk Islam. Tuduhan-tuduhan dusta itu bertujuan pula untuk melemahkan kaum Muslimin agar kaum Muslimin menjadi takut dan membenci agamanya sendiri akibat Islamophobia yang ditebarkan tsb. Padahal yang sebenarnya adalah kebalikannya dari apa-apa yang mereka orang-orang Kafir tuduhkan itu. Betapa ajaran Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa adalah ajaran yang Rahmatan lil ‘Aalamiin, Islam adalah Agama yang mengajarkan Keadilan, Kasih Sayang dan agama yang paripurna dan sangat luar biasa, yang diakui bahkan oleh banyak kaum Orientalis sendiri. Bahkan di dalam buku berjudul “100 Tokoh Paling Berpengaruh di Dunia Sepanjang Sejarah (The 100, A Ranking of the Most Influential Persons in History)” oleh Michael H. Hart; Nabi Muhammad shollalloohu ‘alaihi wasallam diletakkan pada ranking no: 1.
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa juga berfirman dalam QS. Aali ‘Imron/3: 24:
ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا۟ لَن تَمَسَّنَا ٱلنَّارُ إِلَّآ أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍ ۖ وَغَرَّهُمْ فِى دِينِهِم مَّا كَانُوا۟ يَفْتَرُونَ
(żālika bi`annahum qālụ lan tamassanan-nāru illā ayyāmam ma’dụdātiw wa garrahum fī dīnihim mā kānụ yaftarụn)
“Hal itu adalah karena mereka mengaku: “Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung”. Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan.”
(1-D) AKIBAT SOMBONG & INGKAR TERHADAP KEBENARAN
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman dalam QS. Fushshilat/41: 15:
فَأَمَّا عَادٌ فَٱسْتَكْبَرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَقَالُوا۟ مَنْ أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ۖ أَوَلَمْ يَرَوْا۟ أَنَّ ٱللَّهَ ٱلَّذِى خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً ۖ وَكَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يَجْحَدُونَ
(Fa ammā ‘ādun fastakbarụ fil-arḍi bigairil-ḥaqqi wa qālụ man asyaddu minnā quwwah, a wa lam yarau annallāhallażī khalaqahum huwa asyaddu min-hum quwwah, wa kānụ bi`āyātinā yaj-ḥadụn)
“Adapun kaum ‘Aad maka mereka menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata: “Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” Dan apakah mereka itu tidak memperhatikan bahwa Allooh Yang menciptakan mereka adalah lebih besar kekuatan-Nya daripada mereka? Dan adalah mereka mengingkari tanda-tanda (kekuatan) Kami.”
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa juga berfirman dalam QS. Saba’/34: 35:
وَقَالُوا۟ نَحْنُ أَكْثَرُ أَمْوَٰلًا وَأَوْلَٰدًا وَمَا نَحْنُ بِمُعَذَّبِينَ
(Wa qālụ naḥnu akṡaru amwālaw wa aulādaw wa mā naḥnu bimu’ażżabīn)
“Dan mereka berkata: “Kami lebih banyak mempunyai harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami sekali-kali tidak akan diazab.”
(1-E) AKIBAT FANATIK BUTA
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman dalam QS. Al-Baqoroh/2: 170:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّبِعُوا۟ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ قَالُوا۟ بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ
(Wa iżā qīla lahumuttabi’ụ mā anzalallāhu qālụ bal nattabi’u mā alfainā ‘alaihi ābā`anā, a walau kāna ābā`uhum lā ya’qilụna syai`aw wa lā yahtadụn)
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allooh,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”
(1-F) HUBBUD DUNYA / SANGAT CINTA KEHIDUPAN DUNIA, MENGHALANGI MANUSIA DARI JALAN ALLOOH & MENGINGINKAN JALAN ALLOOH BENGKOK
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman dalam QS. ‘Ibrohiim/14: 3:
ٱلَّذِينَ يَسْتَحِبُّونَ ٱلْحَيَوٰةَ ٱلدُّنْيَا عَلَى ٱلْءَاخِرَةِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ وَيَبْغُونَهَا عِوَجًا ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ فِى ضَلَٰلٍۭ بَعِيدٍ
(Allażīna yastaḥibbụnal-ḥayātad-dun-yā ‘alal-ākhirati wa yaṣuddụna ‘an-sabīlillāhi wa yabgụnahā ‘iwajā, ulā`ika fī ḍalālim ba’īd)
“(yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allooh dan menginginkan agar jalan Allooh itu bengkok. Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh.”
(1-G) MENGIKUTI SYAITHOON
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman dalam QS. ‘Ibrohiim/14: 22:
وَقَالَ ٱلشَّيْطَٰنُ لَمَّا قُضِىَ ٱلْأَمْرُ إِنَّ ٱللَّهَ وَعَدَكُمْ وَعْدَ ٱلْحَقِّ وَوَعَدتُّكُمْ فَأَخْلَفْتُكُمْ ۖ وَمَا كَانَ لِىَ عَلَيْكُم مِّن سُلْطَٰنٍ إِلَّآ أَن دَعَوْتُكُمْ فَٱسْتَجَبْتُمْ لِى ۖ فَلَا تَلُومُونِى وَلُومُوٓا۟ أَنفُسَكُم ۖ مَّآ أَنَا۠ بِمُصْرِخِكُمْ وَمَآ أَنتُم بِمُصْرِخِىَّ ۖ إِنِّى كَفَرْتُ بِمَآ أَشْرَكْتُمُونِ مِن قَبْلُ ۗ إِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
(Wa qālasy-syaiṭānu lammā quḍiyal-amru innallāha wa’adakum wa’dal-ḥaqqi wa wa’attukum fa akhlaftukum, wa mā kāna liya ‘alaikum min sulṭānin illā an da’autukum fastajabtum lī, fa lā talụmụnī wa lụmū anfusakum, mā ana bimuṣrikhikum wa mā antum bimuṣrikhiyy, innī kafartu bimā asyraktumụni ming qabl, innaẓ-ẓālimīna lahum ‘ażābun alīm)
“Dan berkatalah syaitan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan: “Sesungguhnya Allooh telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekedar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allooh) sejak dahulu”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.”
(1-H) MELAMPAUI BATAS
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman dalam QS. Adz-Dzariyat/51: 53:
أَتَوَاصَوْا۟ بِهِۦ ۚ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ
(A tawāṣau bih, bal hum qaumun ṭāgụn)
“Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.”
Dan Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman dalam QS. Thoha/20: 24:
ٱذْهَبْ إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُۥ طَغَىٰ
(Iż-hab ilā fir’auna innahụ ṭagā)
“Pergilah kepada Fir’aun; sesungguhnya ia telah melampaui batas.”
Dan Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa juga berfirman dalam QS. Ath-Thuur/52: 32:
أَمْ تَأْمُرُهُمْ أَحْلَٰمُهُم بِهَٰذَآ ۚ أَمْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ
(Am ta`muruhum aḥlāmuhum bihāżā am hum qaumun ṭāgụn)
“Apakah mereka diperintah oleh fikiran-fikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini ataukah mereka kaum yang melampaui batas?”
Demikianlah, berarti ada 7 Faktor External penyebab orang Kafir gencar memerangi kaum Muslimin, sebagaimana diuraikan diatas : (1) Akibat rasa dengki; (2) Akibat Mengada-adakan Kebohongan terhadap Allooh; (3) Akibat Sombong dan Ingkar terhadap Kebenaran; (4) Akibat Fanatik Buta; (5) Hubbud Dunya (Sangat Cinta Kehidupan Dunia), Menghalang-Halangi Manusia dari Jalan Allooh & Menginginkan Jalan Allooh menjadi Bengkok; (6) Mengikuti Syaithoon; dan (7) Melampaui Batas.
(2) Faktor Internal: Faktor yang berasal dari dalam diri kaum Muslimin itu sendiri, maka perhatikanlah berbagai firman Allooh berikut ini:
(2-A) AKIBAT TIDAK BERPEGANG-TEGUH PADA PETUNJUK ALLOOH & ROSUUL-NYA
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman dalam QS. An-Nisa’/4: 115:
وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًا
(Wa may yusyāqiqir-rasụla mim ba’di mā tabayyana lahul-hudā wa yattabi’ gaira sabīlil-mu`minīna nuwallihī mā tawallā wa nuṣlihī jahannam, wa sā`at maṣīrā)
“Dan barangsiapa yang menentang Rosuul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang Mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
Dan dalam Hadits Shohiih yang diriwayatkan oleh Al-Imaam At-Turmudzy dalam Sunan-nya no: 2676 dari shohabat Al-Irbaad Ibnu Saariyah رضي الله عنه sebagai berikut:
أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبد حبشي فإنه من يعش منكم يرى اختلافا كثيرا وإياكم ومحدثات الأمور فإنها ضلالة فمن أدرك ذلك منكم فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ
“Aku wasiatkan kepada kalian supaya tetap bertaqwa kepada Allooh, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Sungguh, orang yang masih hidup diantara kalian setelahku, maka ia akan melihat perselisihan yang banyak; maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah Khulafaa’ur Rosyidiin yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah dia dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru (dalam dien / agama), karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah Bid’ah. Dan setiap Bid’ah itu adalah sesat.”
Juga dalam Hadits shohiih Riwayat al-Hakim (1/93) dan al-Baihaqy (10/114) sebagai berikut:
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَ هُمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ.
Dari Abu Hurairoh rodhiyalloohu ‘anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rosuulullooh shollalloohu ‘alaihi wasallam: ‘Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullooh dan sunnahku, serta keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangiku di Telaga (di Surga).”
(2-B) AKIBAT BERBUAT MA’SHIYAT
Sebagaimana dalam HR. Imam Hakim dalam “Al-Mustadrok” Kitab “Al-Fitan wal Malaahim” No 8667 dan kata beliau sanadnya shohiih dan Imam Adz-Dzahaby menyepakati-nya, juga Imam Ibnu Majah dalam kitab yang sama no. 4019. Dan Syaikh Al-Albaany meng-Hasan-kan sanadnya sebagaimana dalam Silsilah Hadits Shohih-nya 1/167-169 No.106; dari ‘Atho Bin Abi Robbah dari ‘Abdullooh bin ‘Umar رضي الله عنهما, telah bersabda Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم: “Wahai segenap muhajirin ada lima perkara jika kalian ditimpa olehnya dan terjadi ditengh-tengah kalian – Aku berlindung pada Allooh سبحانه وتعالى agar kalian tidak mengalaminya“ :
… وَلَمْ يَنْقُضُوْا عَهْدَ اللهِ وَعَهْدَ رَسُوْلِهِ إِلاَّ سَلَّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوُّهُمْ مِنْ غَيْرِهِمْ وَأَخَذُوْا بَعْضَ مَا كَانَ فِيْ أَيْدِيْهِمْ …
“… Tidaklah mereka membatalkan ikatan perjanjian mereka dengan Allooh سبحانه وتعالى dan Rosuul-Nya, kecuali musuh-musuh dari luar diri mereka akan menguasai mereka dan akan mengambil sebagian apa yang mereka miliki…”
(2-C) AKIBAT MENYELISIHI PERINTAH ROSUUL
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman dalam QS. An-Nuur/24: 63:
لَّا تَجْعَلُوا۟ دُعَآءَ ٱلرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَآءِ بَعْضِكُم بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
(Lā taj’alụ du’ā`ar-rasụli bainakum kadu’ā`i ba’ḍikum ba’ḍā, qad ya’lamullāhullażīna yatasallalụna mingkum liwāżā, falyaḥżarillażīna yukhālifụna ‘an amrihī an tuṣībahum fitnatun au yuṣībahum ‘ażābun alīm)
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rosuul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allooh telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rosuul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.”
Demikianlah, berarti minimal ada 3 Faktor Internal yang berasal dari dalam diri kaum Muslimin itu sendiri yang menyebabkan kaum Muslimin diperangi orang Kaafir, sebagaimana telah diuraikan diatas: (1) Akibat Tidak Berpegang-teguh pada Petunjuk Allooh dan Rosuul-Nya; (2) Akibat Perbuatan Ma’shiyat yang dilakukan; (3) Akibat Menyelisihi Petunjuk Rosuul.
TANYA JAWAB
Pertanyaan:
Kalau kita memiliki tetangga orang Non-Muslim (orang Kafir), tetapi dia bersikap baik kepada kita, tidak memerangi kita; maka bagaimanakah sikap kita terhadapnya?
Jawaban:
Orang Kafir itu bermacam-macam statusnya; secara umum dibagi menjadi 2 kategori: (1) Orang Kafir yang aktif agresif menyerang kaum Muslimin; (2) Orang Kafir yang tidak menyerang kaum Muslimin.
(1) Orang Kafir yang AKTIF AGRESIF MENYERANG kaum Muslimin, yaitu:
(1-A) Orang Kafir Harbi: adalah orang Kafir yang aktif dan agresif memerangi Islam dan kaum Muslimin. Terhadap jenis orang Kafir Harbi yang memerangi kaum Muslimin, yang mengusir kaum Muslimin dari tanah wilayahnya serta menjajah negeri-negeri kaum Muslimin; maka kaum Muslimin yang diusir dari wilayahnya itu berhak membela dirinya, melawan serta berjihad mempertahankan harta, tanah dan nyawanya dari serangan orang-orang Kafir Harbi tersebut. Seperti contohnya adalah Muslim di Palestina yang dijajah Yahudi Zionis, maka Muslim Palestina berhak mempertahankan wilayahnya serta ber-jihad fii sabiililillah untuk membela harta dan nyawanya serta menjaga wilayahnya agar tetap menjadi wilayah Muslim dimana kalimat Tauhid ditegakkan disana; dan jangan sampai wilayahnya direbut oleh kaum Yahudi Zionis yang dikuatirkan justru akan memadamkan cahaya (agama) Allooh disana nantinya. Adapun Muslim di seluruh dunia berhak membela saudaranya Muslim di Palestina yang sedang dijajah Yahudi Zionis tersebut sejauh kemampuan yang dimiliki; bisa dengan bantuan doa, dana, ataupun dengan bantuan solidaritas terhadap Muslim Palestina misalnya berupa embargo ekonomi terhadap produk-produk Yahudi Zionis; dan bantuan-bantuan lainnya.
(2) Orang Kafir yang TIDAK MENYERANG kaum Muslimin, yaitu:
(2-A) Orang Kafir Dzimmi: orang Kafir yang terlahir, hidup dari kecil hingga dewasanya di wilayah kaum Muslimin, mentaati peraturan di wilayah kaum Muslimin, bersikap baik kepada kaum Muslimin. Maka terhadap mereka ini, kaum Muslimin pun diperbolehkan oleh Allooh untuk berlaku adil dan bersikap baik pula terhadap mereka dalam batasan tidak melanggar syari’at Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa.
Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa berfirman dalam QS. Al-Mumtahanah/60: 8-9 :
للَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (8) إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (9(
“Allooh tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allooh menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allooh hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang dzolim.”
Perlu diingat bahwa “berbuat baik” (ihsan) kepada orang Kafir Dzimmi ini tidak sama dengan “Wala’ (Loyalitas)”. Kalau Wala’ (Loyalitas) kepada orang kafir, meskipun dia kafir dzimmi, maka tetap tidak diperbolehkan. Hal ini adalah sebagaimana firman Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa dalam QS. Ali-‘Imron/3: 28 :
لَّا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ
“Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman akrab; pemimpin; pelindung; penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin.”
Juga firman-Nya dalam QS. Al-Mujadilah/58: 22:
لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu tidak akan mendapati satu kaum yang beriman pada Allooh dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allooh dan Rosuul-Nya, sekalipun orang-orang yang menentang itu asdalah bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.”
(2-B) Orang Kafir Mu’ahad: orang Kafir Harbi yang sedang berada dalam situasi perjanjian damai dengan kaum Muslimin (contoh: Perjanjian Hudaibiyah); oleh karenanya mereka berhak mendapat jaminan keamanan dari kaum Muslimin. Hal ini adalah sebagaimana firman Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa dalam QS. At-Taubah/9: 4:
إِلَّا الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ثُمَّ لَمْ يَنْقُصُوكُمْ شَيْئًا وَلَمْ يُظَاهِرُوا عَلَيْكُمْ أَحَدًا فَأَتِمُّوا إِلَيْهِمْ عَهْدَهُمْ إِلَىٰ مُدَّتِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ
“Kecuali orang-orang musyirikin yang kamu mengadakan perjanjian (dengan mereka) dan mereka tidak mengurangi sesuatupun (dari isi perjanjian) mu dan tidak (pula) mereka membantu seseorang yang memusuhi kamu, maka terhadap mereka itu penuhilah janjinya sampai batas waktunya. Sesungguhnya Allooh menyukai orang-orang yang bertaqwa.”
(2-C) Orang Kafir Musta’man: Orang Kafir ghoiru-Harbi (bukan Harbi) yang masuk ke wilayah kaum Muslimin dengan meminta suaka perlindungan untuk waktu dan tempat yang telah ditentukan, maka ia berhak mendapatkan jaminan keamanan. Ia datang untuk menjalin hubungan kerja saling menguntungkan saja. Ia memberi manfaat bagi kaum Muslimin dan kaum Muslimin pun memberi manfaat padanya dalam pekerjaan yang disetujui kedua belah pihak. Hal ini adalah sebagaimana firman Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa dalam QS. At-Taubah/9: 6:
وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّىٰ يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ
“Dan jika salah seorang kaum musyirikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allooh, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya.”
(2-D) Orang Kafir Mustadh’af: Orang Kafir Harbi tapi lemah, tidak punya kemampuan, seperti: orang lansia, anak-anak kecil; maka mereka ini pun tidak boleh dianiaya, tetap diperlakukan baik.
Pertanyaan:
Ada orang Muslim yang baik, mengerti Al-Qur’an dan Hadits, tetapi tidak mengamalkannya; bagaimana hukumnya?
Jawaban:
Justru kalau ia mengerti, ia paham Al-Qur’an dan Hadits, akan tetapi ia tidak mengamalkan ilmunya; maka hal itu justru dapat membuat Allooh murka. Perhatikanlah firman Allooh Subhaanahu Wa Ta’aalaa dalam QS. Ash-Shoff/61: 2 :
يـاَيـُّهَا الَّذَيـْنَ امَنُوْا لِمَ تَـقُوْلُـوْنَ مَا لاَ تَـفْعَلُـوْنَ. كَـبُرَ مَقْتـًا عِنْدَ اللهِ اَنْ تَـقُوْلُـوْا مَا لاَ تَـفْعَلُـوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat ? Amat besar kebencian di sisi Allooh bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.”
Pertanyaan:
Jika ada orang yang ber-KTP Muslim, tetapi dia melakukan perkara-perkara yang dapat menyebabkan ia murtad (melakukan pembatal-pembatal keIslaman), dan ia kelihatannya dalam perilakunya malah sangat membela orang-orang Kafir yang memerangi Islam, maka bagaimana hukumnya orang yang seperti itu?
Jawaban:
Jika ada orang yang tadinya Muslim, lalu ia melakukan kemurtadan (melakukan perkara-perkara yang membatalkan ke-Islamannya), dan ia pun kemudian justru bersikap loyal kepada orang-orang Kafir yang membenci Islam serta memerangi Islam; maka orang tersebut dikuatirkan terancam masuk kedalam golongan Kafir Harbi (Ia murtad menjadi Kafir, serta menjadi golongan Kafir Harbi karena memerangi kaum Muslimin).
Pertanyaan:
Pada saat orang Islam yang berkuasa, maka orang Kafir Dzimmi dilarang (harom) untuk dianiaya oleh kaum Muslimin; namun bagaimana dengan keadaan ummat Islam di zaman sekarang ini yang banyak mengalami penganiayaan?
Jawaban:
Kalau orang Islam tersebut berada di wilayah Minoritas Muslim (atau dengan kata lain, ia tinggal di negara mayoritas orang-orang Kafir); maka wajar bila terjadi penganiayaan, karena memang tidak sedikit orang-orang Kafir yang memusuhi Islam. Akan tetapi sungguh mengherankan, apabila ummat Islam Indonesia yang notabene Mayoritas, bahkan di negara yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, akan tetapi lalu mengalami tekanan dan penganiayaan; maka jangan-jangan sudah muncul terminologi baru, yaitu “Muslim Dzimmi”. Dan ini bisa saja terjadi kalau sudah terlalu banyak orang-orang munafiq di dalamnya, yang tidak lagi peduli pada Islam dan kaum Muslimin dan sebaliknya bersikap solider serta setia berpihak kepada orang-orang yang justru menyusahkan ummat Islam. Alloohul Musta’aan.
Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Cinere Depok, Kamis pagi, 17 Dzulqo’idah 1441 H – 9 Juli 2020
*****o0o*****